Selasa, 03 Mei 2016

Prinsip-Prinsip Teknik Bertanam Hidroponik

Tanaman Sawi yang di Tanam dengan Sitem Hidroponik
Sistem hidroponik pada dasarnya merupakan modifikasi dari sistem pengelolaan budidaya tanaman di lapangan secara lebih intensif untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi tanaman serta menjamin kontinyuitas produksi tanaman.Beberapa aspek penting dalam pengelolaan tanaman dengan sistem hidroponik yang perlu diperhatikan dibahas pada sub bab berikut ini.

Pengelolaan Nutrisi dan Air

Unsur-unsur penting 

Tanaman membutuhkan 16 unsur hara/nutrisi untuk pertumbuhan yang berasal dari udara, air dan pupuk. Unsur-unsur tersebut adalah karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), sulfur (S), kalsium (Ca), besi (Fe), magnesium (Mg), boron (B), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), molibdenum (Mo) dan khlorin (Cl). Unsurunsur C, H dan O biasanya disuplai dari udara dan air dalam jumlah yang cukup. Unsur hara lainnya didapatkan melalui pemupukan atau

larutan nutrisi. 

Unsur-unsur nutrisi penting dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok berdasarkan kecepatan hilangnya dari larutan. Kelompok pertama adalah unsur-unsur yang secara aktif diserap oleh akar dan hilang dari larutan dalam beberapa jam yaitu N, P, K dan Mn. Kelompok kedua adalah unsur-unsur yang mempunyai tingkat serapannya sedang dan biasanya hilang dari larutan agak lebih cepat daripada air yang hilang (Mg, S, Fe, Zn, Cu, Mo, Cl). Kelompok ketiga adalah unsur-unsur yang secara pasif diserap dari larutan dan sering bertumpuk dalam larutan (Ca dan B). N, P, K, dan Mn harus tetap dijaga pada konsentrasi rendah dalam larutan untuk mencegah akumulasi yang bersifat racun bagi tanaman.

Konsentrasi yang tinggi dalam larutan dapat menyebabkan serapan yang berlebihan, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan hara. Nitrogen mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap pertumbuhan, hasil, dan kualitas tanaman sayuran. N untuk larutan hidroponik disuplai dalam bentuk nitrat. N dalam bentuk ammonium nitrat mengurangi serapan K, Ca, Mg, dan unsur mikro. Kandungan amonium nitrat harus di bawah 10 % dari total kandungan nitrogen pada larutan nutrisi untuk mempertahankan keseimbangan pertumbuhan dan menghindari penyakit fisiologi yang berhubungan dengan keracunan amonia. Konsentrasi fosfor yang tinggi menimbulkan defisiensi Fe dan Zn, sedangkan K yang tinggi dapat mengganggu serapan Ca dan Mg.

Unsur mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil sebagai nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu juga penting untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit atau hama. Kekurangan Mn menyebabkan tanaman mudah terinfeksi oleh cendawan Pythium. Tembaga (Cu) dan seng (Zn) dapat menekan pertumbuhan mikrobia, tetapi pada konsentrasi agak tinggi menjadi racun bagi tanaman. Silikon juga bermanfaat untuk ketahanan tanaman meskipun tidak dikenal sebagai unsur esensial, yaitu dapat melindungi dari serangan hama dan penyakit  dan melindungi dari keracunan logam berat.

Formula nutrisi dan cara aplikasinya 

Suplai kebutuhan nutrisi untuk tanaman dalam sistem hidroponik sangat penting untuk diperhatikan. Dua faktor penting dalam formula larutan nutrisi, terutama jika larutan yang digunakan akan disirkulasi (“closed system”) adalah komposisi larutan dan konsentrasi larutan. Kedua faktor ini sangat menentukan produksi tanaman. Setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas, membutuhkan keseimbangan jumlah dan komposisi larutan nutrisi yang berbeda.

Tidak ada satu jenis formula larutan nutrisi yang berlaku untuk semua komoditas. Beberapa faktor penting dalam menentukan formula nutrisi hidroponik adalah :

  1. Garam yang mudah larut dalam air; 
  2. Kandungan sodium, khlorida,amonium dan nitrogen organik, atau unsur-unsur yang tidak dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman harus diminimalkan; 
  3. Komposisi digunakan bahan yang bersifat tidak antagonis satu dengan yang lainnya; dan
  4. dipilih yang ekonomis.  


Dari beberapa pustaka banyak dijumpai berbagai macam formula larutan nutrisi untuk kultur hidroponik, seperti larutan Hoagland, larutan Schippers, larutan Marvel dan sebagainya. Kebutuhan larutan nutrisi baik komposisi maupun konsentrasinya yang dibutuhkan tanaman akan sangat bervariasi tergantung pada jenis tanaman, fase pertumbuhan serta kondisi lingkungannya . Suhu larutan pada sistem NFT (“Nutrient Film Technique”) mempengaruhi jumlah larutan nutrisi yang dikonsumsi oleh tanaman tomat. Dalam keadaan suhu kamar di musim panas, pemberian larutan nutrisi sebanyak 2 liter per tanaman per hari pada fase reproduktif cukup memadai untuk tanaman tomat.

Selanjutnya aplikasi larutan nutrisi pada kultur hidroponik secara prinsip juga tergantung pada metode yang akan diterapkan. Beberapa metode tersebut antara lain adalah sebagai yang tertera pada uraian berikut ini:

  1. Kultur pot atau polybag. Dengan metode ini sistem pemberian larutan nutrisi dapat dilakukan secara manual atau irigasi tetes (“dripirrigation”) dengan frekuensi 3-5 kali per hari, tergantung pada kebutuhan tanaman, macam media tumbuh, dan cuaca/kondisi lingkungan. Sistem irigasi tetes lebih mudah, menghemat tenaga dan waktu, tetapi kendalanya adalah saluran irigasi sering tersumbat sehingga aliran nutrisi terhambat. 
  2. Kultur bedeng dengan sistem NFT. Sistem pemberian larutan nutrisi yang digunakan adalah melalui perputaran aliran larutan nutrisi yang dibantu oleh pompa mesin atau dapat pula menggunakan cara yang lebih sederhana (tanpa pompa) yaitu menggunakan gaya grafitasi. 

Jenis garam yang rekomendasikan untuk pembuatan larutan nutrisi hidroponik


Kunci utama dalam pemberian larutan nutrisi atau pupuk pada sistem hidroponik adalah pengontrolan konduktivitas elektrik atau “electro conductivity” (EC) atau aliran listrik di dalam air dengan menggunakan alat EC meter. EC ini untuk mengetahui cocok tidaknya larutan nutrisi untuk tanaman, karena kualitas larutan nutrisi sangat menentukan keberhasilan produksi, sedangkan kualitas larutan nutrisi atau pupuk tergantung pada konsentrasinya.

Semakin tinggi garam yang terdapat dalam air, semakin tinggi EC-nya. Konsentrasi garam yang tinggi dapat merusak akar tanaman dan mengganggu serapan nutrisi dan air. Setiap jenis dan umur tanaman membutuhkan larutan dengan EC yang berbeda-beda. Kebutuhan EC disesuaikan dengan fase pertumbuhan, yaitu ketika tanaman masih kecil, EC yang dibutuhkan juga kecil. Semakin meningkat umur tanaman semakin besar EC-nya.

Toleransi beberapa tanaman sayuran terhadap EC larutan berlainan. Tanaman tomat tahan terhadap garam yang agak tinggi di daerah perakaran, sedangkan mentimun sedikit tahan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, larutan nutrisi untuk tomat perlu dipertahankan pada keadaan EC antara 2,0 –3,0 mhos/cm. Konsentrasi garam yang tinggi pada fase akhir pertumbuhan tanaman tomat akan meningkatkan kualitas buah (total padatan terlarut) tanpa mengurangi produksi.

Kebutuhan EC juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca, seperti suhu, kelembaban, dan penguapan. Jika cuaca terlalu panas, sebaiknya digunakan EC rendah.  Selain EC, pH juga merupakan faktor yang penting untuk dikontrol. Formula nutrisi yang berbeda mempunyai pH yang berbeda, karena garam-garam pupuk mempunyai tingkat kemasaman yang berbeda jika dilarutkan dalam air. Garam garam seperti monokalium fosfat, tingkat kemasamannya lebih rendah daripada kalsium nitrat.

Kebutuhan EC dan pH larutan nutrisi bagi beberapa tanaman Sayuran
Untuk mendapatkan hasil yang baik, pH larutan yang direkomendasikan untuk tanaman sayuran pada kultur hidroponik adalah antara 5,5 sampai 6,5. Ketersediaan Mn, Cu, Zn, dan Fe berkurang pada pH yang lebih tinggi, dan sedikit ada penurunan untuk ketersediaan P, K , Ca dan Mg pada pH yang lebih rendah. Penurunan ketersediaan nutrisi berarti penurunan serapan nutrisi oleh tanaman.

Media Pertumbuhan untuk Bertanam Hidroponik

Media Pertumbuhan Hidroponik
Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, hidroponik merupakan teknologi penanaman dalam larutan nutrisi (air dan pupuk) dengan atau tanpa penggunaan media buatan untuk mendukung perakaran tanaman. Media hidroponik dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu kultur air yang tidak menggunakan media pendukung lain untuk perakaran tanaman dan kultur substrat atauagregat yang menggunakan media padat untuk mendukung perakaran tanaman.

Kultur air 

Pada dasarnya kultur air merupakan sistem tertutup (“closed system”) di mana akar tanaman terekspos larutan nutrisi tanpa media tanaman dan larutan disirkulasi. Ada beberapa macam sistem hidroponik cair atau kultur air, yaitu Nutrient Film Technique (NFT), Dynamic Root Floating (DRF), the Deep Flow Technique (DFT) dan Aeroponic. Namun kultur air yang paling mudah untuk diadopsi oleh para pengguna adalah NFT. Kultur tersebut juga banyak digunakan oleh para pengusaha di Indonesia.

Nutrient Film Technique dikembangkan oleh Dr. Allen Cooper pada tahun 1970 di Inggris, yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas sayuran sepanjang tahun. Pada sistem ini, lapisan tipis larutan nutrisi mengalir melalui bedengan atau talang yang berisi akar-akar tanaman. Larutan bersirkulasi secara terus menerus selama 24 jam atau diatur pada waktu-waktu tertentu dengan pengatur waktu.

Sebagian akar tanaman terendam dalam larutan nutrisi tersebut, sebagian lagi berada di atas permukaan larutan. Lingkungan akar yang ideal merupakan faktor penting dalam peningkatan produksi tanaman. Keuntungan NFT antara lain adalah volume larutan hara yang dibutuhkan lebih rendah dibandingkan kultur air lainnya, lebih mudah mengatur suhu di sekitar perakaran tanaman (menaikkan atau menurunkan suhu), lebih mudah mengontrol hama dan penyakit, kepadatan tanaman per unit area lebih tinggi, dan hasil tanaman lebih bersih karena tidak ada sisa tanah atau media lainnya. Namun, ada juga kerugian dari sistem ini, yakni patogen dengan mudah menyebar pada seluruh larutan, sehingga dalam waktu yang singkat tanaman akan mati, modal awal relatif lebih mahal, pemilihan komoditas yang bernilai tinggi, dan tingkat keahlian dan pengetahuan tentang ilmu kimia sangat penting.

Di daerah tropis, panjang maksimum bak penanaman yang digunakan pada NFT tidak lebih dari 15-20 m, sepanjang saluran tersebut dibuat 2-3 tempat untuk memasukkan larutan hara, dan suhu larutan tidak lebih dari 30 °C. Hal ini untuk menjaga aerasi larutan yang baik. Hasil penelitian di Malaysia melaporkan bahwa penggunaan PVC sebagai bak penanaman tidak cocok untuk daerah tropis, karena menyebabkan suhu perakaran mencapai lebih dari 40 °C pada tengah hari.  Bahan  yang  paling  baik  adalah  bambu dengan “styrofoam” sebagai penutup permukaan bak.

Kultur substrat atau agregat 

Kultur substrat atau agregat adalah kultur hidroponik dengan menggunakan media tumbuh yang bukan tanah sebagai pegangan tumbuh akar tanaman dan mediator larutan hara. Pada umumnya, pemberian larutan dilakukan dengan sistem terbuka (“open system”), artinya larutan yang diberikan ke tanaman tidak digunakan lagi. Kultur ini merupakan sistem yang paling mudah diadopsi selain sistem NFT dan tampaknya merupakan salah satu sistem yang banyak dikembangkan para petani/pengusaha agrobisnis di Indonesia.
Macam-macam agregat
Beberapa pakar hidroponik mengemukakan bahwa media pertumbuhan seperti pasir, kerikil,batuan alam, arang sekam, atau batu apung dapat digunakan. Di Amerika banyak digunakan media gravel, perlite, rockwool, pasir, serbuk gergaji, peat moss atau vermikulit . Beberapa persyaratan penting bagi media pertumbuhan ini antara lain adalah bertekstur seragam dengan ukuran butir sedang, bersih dari kotoran, dan steril. Bentuk karakteristik media tersebut akan berpengaruh terhadap hasil dan kualitas serta terhadap kebutuhanlarutan hara tanaman. Oleh karena itu pemilihan media yang tepat dapat meningkatkan produksi sayuran.

Di Indonesia, media agregat yang baik dan murah adalah arang sekam. Media ini sudah banyak digunakan oleh para petani hidroponik maupun pengusaha hidroponik yang besar. Selain arang sekam, pasir juga sangat baik untuk media hidroponik. Harga pasir lebih mahal tetapi umur penggunaannya lebih lama. Hasil penelitian pada tomat media pasir juga menunjukkan keunggulan yang lebih baik daripada “rockwool”. Campuran pasir dengan “peat moss”, vermikulit, arang sekam, dan perlite juga menghasilkan pertumbuhan tomat yang baik.

Budidaya Tanaman Sayuran dengan Sistem Hidroponik

Green House untuk bertanaman sayuran dengan sistem hidroponik

Permintaan akan komoditas hortikultura terutama sayuran terus meningkat seiring dengan meningkatnya kesejahteraan dan jumlah penduduk. Salah satu cara untuk menghasilkan produk sayuran yang berkualitas tinggi secara kontinyu dengan kuantitas yang tinggi adalah dengan budidaya sistem hidroponik. Pengembangan hidroponik di Indonesia cukup prospektif.

Kendala pada sistem pertanian konvensional di Indonesia terjadi karena Indonesia merupakan negara tropis dengan kondisi lingkungan yang kurang menunjang, seperti curah hujan yang tinggi. Kondisi tersebut dapat mengurangi keefektifan penggunaan pupuk kimia di lapangan karena pencucian hara tanah, sehingga menyebabkan pemborosan dan mengakibatkan tingkat kesuburan tanah yang rendah dengan produksi yang rendah secara kuantitas maupun kualitas. Suhu dan kelembaban udara tinggi sepanjang tahun cenderung menguntungkan perkembangan gulma, hama, dan penyakit. Di dataran tinggi, masalah erosi tanah dan persistensi organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan faktor  pembatas produktivitas tanaman petani.

Selain hal-hal tersebut, meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan ketersediaan lahan pertanian semakin sempit karena digunakan untuk perumahan dan perluasan perkotaan. Hal ini mempersulit pencapaian peningkatan produksi sayuran karena keterbatasan lahan pertanian.

Hidroponik dengan sistem bertingkat yang dapat menghemat ruang

Budidaya dengan sistem hidroponik telah dikenal dan dikembangkan secara komersial pada awal tahun 1900-an di Amerika Serikat. Di Indonesia, kultur hidroponik telah mulai mendapat perhatian masyarakat dan berkembang sejak tahun delapan puluhan, yang dimulai oleh beberapa pengusaha di daerah perkotaan. Dalam monografi ini akan dikemukakan tentang sistem hidroponik beserta prinsip-prinsip teknik hidroponik dan gambaran mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Kultur Hidroponik

Kultur hidroponik adalah metode penanaman tanaman tanpa menggunakan media tumbuh dari tanah. Secara harafiah hidroponik berarti penanaman dalam air yang mengandung campuran hara. Dalam praktek sekarang ini, hidroponik tidak terlepas dari penggunaan media tumbuh lain yang bukan tanah sebagai penopang pertumbuhan tanaman. Sistem hidroponik merupakan cara produksi tanaman yang sangat efektif. Sistem ini dikembangkan berdasarkan alasan bahwa jika tanaman diberi kondisi pertumbuhan yang optimal, maka potensi maksimum untuk berproduksi dapat tercapai.

Hal ini berhubungan dengan pertumbuhan sistem perakaran tanaman, di mana pertumbuhan perakaran tanaman yang optimum akan menghasilkan pertumbuhan tunas atau bagian atasyang sangat tinggi. Pada sistem hidroponik, larutan nutrisi yang diberikan mengandung komposisi garamgaram organik yang berimbang untuk menumbuhkan perakaran dengan kondisi lingkungan perakaran yang ideal.

Kelebihan dan Kekurangan Kultur Hidroponik

Beberapa pakar hidroponik mengemukakan beberapa kelebihan dan kekurangan sistem hidroponik dibandingkan dengan pertanian konvensional.
Kelebihan sistem hidroponik antara lain adalah :

  1. Penggunaan lahan lebih efisien, 
  2. Tanaman berproduksi tanpa menggunakan tanah, 
  3. Tidak ada resiko untuk penanaman terus menerus sepanjang tahun, 
  4. Kuantitas dan kualitas produksi lebih tinggi dan lebih bersih, 
  5. Penggunaan pupuk dan air lebih efisien, 
  6. Periode tanam lebih pendek, dan 
  7. Pengendalian hama dan penyakit lebih mudah. 

Kekurangan sistem hidroponik, antara lain adalah :

  1. Membutuhkan modal yang besar; 
  2. Pada “Close System” (nutrisi disirkulasi), jika ada tanaman yang terserang patogen maka dalam waktu yang sangat singkat seluruh tanaman akan terkena serangan tersebut; dan 
  3. Pada kultur substrat, kapasitas memegang air media substrat lebih kecil daripada media tanah; sedangkan pada kultur air volume air dan jumlah nutrisi sangat terbatas sehingga akan menyebabkan pelayuan tanaman yang cepat dan stres yang serius.

Pengelolaan Hidroponik

Aspek penting dalam menentukan keberhasilan budidaya hidroponik pada tanaman sayuran adalah pengelolaan tanaman, yang meliputi persiapan bahan media, larutan nutrisi maupun tanaman, pemeliharaan tanaman mulai dari persemaian/pembibitan, aplikasi larutan nutrisi, proteksi tanaman dari hama dan penyakit, panen, serta pasca panen.

Packing Sayuran
Beberapa masalah yang perlu mendapatkan perhatian dalam pemeliharaan tanaman adalah upaya untuk mempertahankan pertumbuhan tanaman yang sehat.  Beberapa pakar hidroponik mengemukakan bahwa meskipun budidaya hidroponik dilakukan di dalam rumah kaca/ plastik/ kasa, namun gangguan dari hama penyakit masih tetap ada. kunci penting untuk mengendalikan hama penyakit di rumah kaca adalah memilih varietas yang tahan hama penyakit, mengawasi lingkungan untuk mengurangi penyakit, melaksanakan sanitasi yang baik di dalam dan sekitar rumah kaca, dan menerapkan tindakan pengendalian secara manual dan kimiawi yang tepat. Selanjutnya, panen dan penanganan pasca panen yang tepat akan menentukan kualitas hasil sayuran yang diharapkan.

Senin, 02 Mei 2016

Panen dan Pasca Panen Anggrek


Panen Anggrek

Panen

Ciri dan Umur Anggrek Berbunga

Umur  tanaman  anggrek  berbunga,  tergantung  dari  setiap jenisnya. Pada umumnya tanaman anggrek dewasa berbunga setelah 1-2  bulan  ditanam.  Tangkai  bunga  yang  dihasilkan  kira-kira  2 tangkai  dengan  jumlah  kuntum  sebanyak  20-25  kuntuk  pertangkai. Anggrek rajin berbunga juga ditentukan oleh segi perawatan seperti penyiraman  dan  pemupukan  yang  baik  dan  benar  serta pengepotan ulang dan pemberantasan HPT (hama dan penyakit tanaman) secara teratur.

Cara Pemetikan Bunga

Untuk panen bunga anggrek yang perlu diperhatikan ialah pada hal  cara  pemetikan  bunganya. Pemetikan  dilakukan  dengan memotong  tangkainya  pada  jarak  2  cm  dari  pangkal  tangkai bunga dengan menggunakan alat potong yang bersih.

Perkiraan Produksi

Bibit  anggrek  yang  sudah  dewasa  dan  sesudah  2  bulan  maka tangkai bunga akan menghasilkan 2 tangkai dengan jumlah kuntum 20-25 kuntum/ tangkai.

Pasca Panen 

Pengumpulan

Pengumpulan  bunga  anggrek  dilakukan  berdasarkan permintaan  pasar.  Jenis  anggrek Phalaenopsis  amabilis dapat dipanen dalam bentuk :
1. Tanaman muda untuk bibit
2. Tanaman dewasa untuk tanaman hias
3. Bunga potong

Tanaman muda untuk bibit biasanya dijual dalam bentuk potpot  kecil,  sedangkan  tanaman  dewasa biasanya  tanaman  sudah berbunga.  Untuk  bunga  potong  dipilih  dengan  tangkai  yang kuntumnya paling  banyak  yang  sudah  mekar  (kuncup  tersisa  1-3 kuntum).

Penyortiran dan Penggolongan

Bunga  anggrek  bulan  dipilih  yang  bagus-bagus  dan  sehat, tidak  terkena  penyakit  ataupun  luka. Selanjutnya  bunga dikelompokkan sesuai dengan kebutuhan pasar, berdasarkan tingkat kesegaran atau  ukuran  bunga  yakni  dengan  maksud  untuk mempertahankan  nilai  jual  sehingga  bunga yang  bagus  tidak  turun harganya.

Penyimpanan

Penyimpanan  ini  bertujuan  untuk  memperlambat  proses kelayuan bunga, sehingga dilakukan pada saat :

  1. Bunga baru saja dipetik sambil menunggu panen selesai.
  2. Bunga yang telah dipanen tidak segera dijual atau diangkut.
  3. Bunga mengalami perjalanan sebelum sampai ke konsumen.

Agar  bunga  tetap  segar,  maka  perlu  adanya  pengawetan dengan  tujuan  agar  penurunan  mutu lebih  lambatdan  bunga  tetap segar. Usaha pengawetan bunga dilakukan dengan cara penempatan bunga  dalam  larutan  pengawet  atai air  hangat  (38-43  derajat  C) selama 2 jam. Larutan bahan pengawet tersebut antara lain :

  1. Larutan seven up dengan kadar 30 %.
  2. 2 % larutan gula ditambah 2 gram Physan (fungisida) dan 1 gram asam sitrat per 10 liter.
  3. 2 % larutan gula ditambah 2 gram 8-hydroquinoline sulfat dan 1 gram asam sitrat per 10 liter
  4. Larutan gula kadar 4-5 % ditambah 0,2 gram quinolin per liter.

Pengawetan  untuk  bunga  yang  dikirim  jauh  adalah  dengan merendam tangkainya dalam larutan gula kadar 6-8 % selama 24 jam atau  dimasukkan  dalam  kantong  plastik  dan  kadar  CO2nya dinaikkan  dengan  memasukkan  es  kering  atau  disimpan  pada ruangan dengan kondisi udara antara 0-5 derajat C.

Pengemasan dan Pengangkutan

Setelah  dilakukan  pembersihan,  pemilihan  dan  pengawetan bunga anggrek lalu dipak dengan cara:
  1. Setiap  sepuluh  tangkai  dibungkus  bagian  pucuk  dengan  kantong plastik tipis, ukuran disesuaikan tergantung panjang tangkai.
  2. Setiap  pangkal  tangkai  dibalut  kapas  basah,  lalu  dibungkus kantong plastik ukuran panjang 8 cm dan lebar 4 cm.
  3. Pembungkus  bunga  dan  pembungkus  pangkal  tangkai digabungkan selanjutnya diikat dengan karet gelang.
  4. Bungkusan-bungkusan  bunga  disusun  bersilang  di  dalam  kotak karton yang berlubang sampai cukup padat.
  5. Kotak karton ditutup rapat dengan menggunakan lakban.

Cara Tanam Phalaenopsis amabilis

Menanam Anggrek Phalaenopsis amabilis

Penanaman  anggrek  pada  umumnya  menggunakan  pot  yang berbahan  dasar  tanah  liat  dan tidak pot  plastik.  Pot  tanah  memiliki keunggulan  yakni  tidak  panas  dan  dapat  merembeskan  air siraman anggrek,  sedangkan  pot  plastik  mudah  panas  jika  hawa  udara  sedang panas, tidak bisa merembeskan air siraman kecuali diberi lubang. Dalam melakukan penanaman anggrek, media tanamnya yakni bisa menggunakan arang  kayu,  pakis  ataupun  pecahan  bata dan genting.  

Untuk penanaman bibit anggrek yang baru keluar dari botol, maka harus menggunakan pakis lembut dan arang  kayu  yang  terlebih  dulu  dipanaskan  biar  steril  dari bakteri  dan  hewan  lainnya.  Bibit dari botol  dikeluarkan  secara  perlahan, dan ditanam dalam kompot dengan media tanamnya  yakni bagian bawah pot adalah arang kayu, dan bagian atasnya pakis lembut, disini difokuskan akar  bibit anggrek  agar  tertutup  pakis lembut  dan  dibiarkan  terjaga lembab. Bibit yang di kompot dibiarkan selama sekitar 1-2 bulan dan baru dipindah dalam single pot. Penanaman dalam single potini dilakukan satu per satu dalam satu pot tanah.

Untuk penanaman bibit anggrek usia remaja yakni sekitar 6 bulanan, juga  sama  halnya  dengan bibit anggrek  botolan,  yakni  ditanam  dalam campuran media tanam arang kayu : pakis kasar perbandingan 2 : 1. Akan lebih baik jika ditanam dengan media arang kayu saja, karena arang kayu disini  memiliki  beberapa  keunggulan  bagi  anggrek,  diantaranya  yakni mampu mendorong pembentukan akar baru, aerasi dan drainasenya sangat baik,  mampu  menyimpan  air  dengan  baik, tidak  mudah  lapuk  dan berjamur, dan tidak mengandung zat racun berbahaya bagi anggrek.Untuk penanaman  anggrek  jenis Phalaenopsis  amabilis juga  tidak  jauh  berbeda dengan anggrek-anggrek pada umumnya, yakni bisa dengan menggunakan papan pakis ataupun di dalam pot tanah.
  1. Dengan Papan Pakis: Siapkan papan pakis dengan ukuran 20-30 cm, lebar 15-20 cm dan tebal 2-3cm, lalu ambil bibit anggrek yang baik dan tempelkan tepat di tengah  papan  pakis  lalau  kuatkan  dengan  kawat  berbentuk  U  yang dijepitkan pada batang papan pakis tersebut.
  2. Dengan Pot Tanah: Siapkan  pot  tanah  diameter  20-30  cm  atau  disesuaikan  dengan ukuran tanaman  angrek  yang  akan  ditanam.  Medium  tanah  (pengisi pot),  berupa  pecahan genting, bata  ataupun  arang.  Sabut  kelapa  yang telah dibersihkan dan direndam dalam larutan pupuk atau pestisida juga dapat  digunakan.  Ambil  pot  terpilih  yang  telah  diberi  lubang disekeliling  pot.  Masukkan  dan  atur  selapis  pecahan  batu  bata  atau arang pada dasar pot, lalu isikan medium tanam berupa serabut kayu ke dalam  pot  hingga  penuh.  Ambil  bibit anggrek  bulan  dari  komunitas secara  hati-hati,  agar  akar-akarnya  tidak  rusak  atau  patah. Lalu tanamkan  pada  tengah  pot,  timbun  akarnya  secara  tipis-tipis  untuk menjaga kelembabannya agar akar anggrek tidak kering. 

Terdapat 3 jenis media tanam untuk tanaman anggrek bulan, yaitu :

Untuk anggrek Ephytisdan Semi Ephytisterdiri dari :

  1. Serat pakis yang telah digodog (agar bakteri mati)
  2. Kulit kayu tanpa getah (bebasgetah)
  3. Serabut kelapa yang telah direndam air selama 2 minggu
  4. Ijuk
  5. Potongan batang pohon enau
  6. Arang kayu / pecahan batu bata

Bahan-bahan  tersebut  disesuaikan  dengan  ukuran  besar  kecilnya tanaman terutama banyak sedikitnya akar tanaman. Untuk anggrek Semi Ephytis yang  akarnya  menempel  pada  media  untuk  mencari  maknan, perlu diberi makanan tambahan seperti kompos, pupuk kandang / daun daunan.

Media untuk anggrek Terrestria 

Jenis  anggrek  seperti  ini  yakni  mampu  hidup  di  tanah,  maka  perlu ditambahkan pupuk kompos, sekam, pupuk kandang, pakis dan lainnya. Pada dasarnya, anggrek terrestria ini mampu hidup dengan media tanah yang biasa (gembur).

Media untuk anggrek semi Terrestria

Bahan tanam untuk anggrek ini perlu pecahan genteng dan bata yang agak  besar,  ditambah  pupuk kandang,  sekam  dan serutan  kayu.